Dulu, Ikan Berenang di Gurun Panas Sahara


"Ikan diduga bisa berenang di Sahara selama fase basah, 10.000 hingga 6.000 tahun lalu."
VIVAnews -- Teori yang berkembang saat ini, manusia modern dan Neanderthal berasal dari satu nenek moyang yang hidup di Afrika sekitar 700.000 tahun yang lalu.

Namun, ada pertanyaan besar yang belum terjawab, bagaimana bisa para nenek moyang bermigrasi dari Afrika. Apalagi, ada Gurun Sahara di sana -- gurun panas terbesar di dunia dan kemungkinan besar jadi penghalang utama keluarnya manusia dari Afrika.

Para ilmuwan selama ini terfokus pada Lembah Sungai Nil yang diduga menjadi koridor manusia meninggalkan Afrika. Namun penelitian yang dihasilkan gagal untuk mendapatkan bukti konsisten. Soal apakah kondisi air Sungai Nil konsisten, juga masih kontroversial.

Dan saat ini, para ilmuwan beralih ke lokasi yang awalnya sama sekali tak terbesit dalam pikiran: Sahara. Bahkan, para ilmuwan menduga, Sahara tak hanya bisa dilewati manusia, tapi juga ikan.

"Ikan diduga bisa berenang di Sahara selama fase basah, antara 10.000 hingga 6.000 tahun lalu," kata peneliti geografi di King's College London, Nick Drake, seperti dimuat situs LiveScience.

"Sahara bukan penghalang untuk migrasi binatang dan manusia."

Menggunakan citra satelit dan peta digital lanskap, para peneliti menemukan bahwa Sahara pernah ditutupi oleh jaringan padat sungai, danau dan delta. Terusan besar ini menyalurkan air dan binatang air ke dalam dan di Sahara selama fase basah dan 'hijau'.

Dalam analisis mereka, Drake dan timnya menemukan bukti bahwa banyak makhluk, termasuk binatang air, tersebar di sejumlah wilayah yang dilalui Sahara.

Sebagai contoh, 25 spesies hewan Afrika Utara memiliki populasi baik di utara maupun selatan Sahara, termasuk ikan lele (Clarias gariepinus), nila (Tilapia zillii), ikan permata cichlid (Hemichromis letourneuxi), dan siput air tawar seperti Melania berbingkai merah (Melanoides tuberculata).

Peneliti berpendapat, jika ikan bisa menyeberangi Sahara, sulit untuk membayangkan bahwa manusia tidak.

Tak hanya itu, analisis terhadap bahasa Afrika dan artefak menunjukkan bahwa kondisi perairan kuno mempengaruhi bagaimana manusia tinggal Sahara.

Misalnya, penduduk berbahasa Nilo-Sahara pernah tinggal di Sahara tengah dan selatan, dan mungkin pernah berburu hewan air menggunakan tombak atau kait.

Selain itu, sedimen danau kuno menunjukkan Sahara pernah menghijau sekitar 125.000 tahun lalu.

Peneliti mengaku mendapati sejumlah kesulitan saat meneliti Sahara. Beberapa negara Sahara di mana para ilmuwan ingin datang untuk menganalisa genetik populasi ikan -- tak aman dikunjungi karena kegiatan teroris dan perang saudara.

Para ilmuwan menjelaskan secara rinci hasil temuannya dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, Senin 27 Desember 2010. (sj)
• VIVAnews

Peneliti Temukan Spesies Hewan Baru


Peneliti di Spanish Institute of Oceanography (IEO) mendapati spesies yang sama sekali baru. Spesies ini merupakan yang ketiga yang ditemukan di kawasan Cachucho Marine Protected Area, Spanyol.

Setelah komunitas ilmiah menyepakati bahwa Haplomesus longiramus dan Liropus cachuchoensis, kini Politolana sanchezi menjadi spesies hewan ketiga yang ditemukan di kawasan itu dan diakui keberadaannya. Hewan air berbentuk seperti udang ini pertamakali ditemukan di selatan Bay of Biscay.

Oleh Inmaculada Frutos (peneliti dari Spanish Institute of Oceanography), Jean Claude Sorbe (dari National Center for Scientific Research of France, CNRS) memublikasikan temuannya di jurnal Zootaxa.

Politolana sanchezi, spesies crustacean berukuran sekitar 2 sentimeter ini tinggal di bawah air dengan kedalaman antara 480 sampai 829 meter. Ia ditemukan di sekitar selatan Bay of Biscay hingga kawasan barat Galicia.

Crustacean kecil ini juga bisa menggali hingga 5 sentimeter di dasar laut yang berlumpur serta berenang hingga ketinggian 1 meter di atas dasar laut. Dari eksperimen yang dilakukan, diketahui bahwa Politolana sanchezi memiliki perilaku seperti pengumpul sampah dan mencampurkan sedimen.

El Cachucho sendiri merupakan kawasan pusat keragaman biologi. Khusus crustacean saja, lebih dari 40 spesies ditemukan di kawasan tersebut. Tiga spesies baru, termasuk Politolana sanchezi ditemukan dalam waktu satu tahun terakhir.

Proses pemaparan spesies baru memang berjalan cukup lambat. Tidak hanya perlu menjelaskan hewan dan sifat serta kemampuannya, akan tetapi temuan itu juga perlu dievaluasi oleh komunitas ilmiah untuk memastikan bahwa spesies yang baru ditemukan belum pernah didapati pula di kawasan lain di seluruh dunia.
• VIVAnews

FOTO: Makhluk Penghuni Dasar Laut Terdalam


Laut dalam, di mana manusia biasa tidak bisa hidup, banyak hewan-hewan yang menakjubkan.

Hewan laut yang hidup di palung Mariana, tempat terdalam di bumi (en.wikipedia.org)
Puncak Gunung Everest, yang berada di ketinggian 8.848 meter merupakan titik tertinggi yang ada di planet Bumi. Lalu, di manakah titik terendah yang ada di permukaan bumi?

Dengan kedalaman mencapai 11.030 meter di bawah permukaan laut, palung Mariana merupakan kawasan terendah di permukaan Bumi. Palung ini berada di samudera Pasifik, di sekitar timur laut Indonesia atau selatan Jepang.

Saking dalamnya, tekanan air di dasar palung itu mencapai 8 ton per inci persegi. Artinya, ada beban seberat 8 ton yang ditampung oleh ruang seluas 1 inci persegi.

Sebagai gambaran, di permukaan laut, tekanan udara yang mengelilingi tubuh kita adalah 15 pound atau 0,0075 ton per inci persegi. Manusia tanpa perlengkapan pernafasan bantuan tak akan mampu bertahan pada tekanan 355 pound atau 0,1775 ton per inci persegi. Apalagi 8 ton.

Lalu, adakah kehidupan di kedalaman laut seperti itu? Ternyata ada, dan luar biasa indahnya. Berikut foto: Misteri Hewan Laut Dalam.

Sebagai contoh, paraliparis Copei Copei. Ia hidup di kedalaman 200 – 1692 meter. Ukurannya 17cm. Hewan lain, misalnya Glowing Sucker Octopus (Stauroteuthis Syrtensis) hidup di kedalaman 2500 meter. Ukurannya bisa mencapai 50cm.

Dumbo Octopus (Grimpoheuthis), bisa hidup di kedalaman 300-5000 meter. Ukuran hingga hewan ini mencapai 150 cm. Ada pula Hirondellea gigas yang bisa hidup di kedalaman 10.900 m, dan masih banyak lagi. (Frozenly.com, Edliadi)
• VIVAnews


Powered By Blogger